Tuhan Punya Rencana, Manusia Juga Harus Berusaha
https://mudaberiman.blogspot.com/2015/05/sesungguhnya-allah-tidak-akan-mengubah.html
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11).
HIDUP, jodoh, rejeki, mati, susah semuanya sudah direncanakan oleh Allah. Jadi mengapa harus susah ngoyo menjalani hidup? Kalau memangnya sudah kerja dapat hasil segitu, ya sudah. Tak usah berencana ingin jadi kaya. Jadi kaya tetap begitu-begitu juga. Kalaupun usaha gagal, hanya bikin hidup tambah susah saja.
Kalau sudah memang kematian memjemput, ya mau apa lagi. Kan kita sudah berusaha maksimal, semuanya sudah ditakdirkan. Dan kita sudah berobat. Dokterpun kalau pasiennya meninggal setelah mengalami penanganan medis darinya akan secara dramatis bilang: “Sudah takdir. Kami sudah maksimal menanganinya.”
Hidup kita itu jangan terlalu dibikin repot. Semuanya sudah digariskan, jadi kita tidak usah repot-repot menggariskan kembali kehidupan yang sudah digariskan.
Semua gambaran di atas hanya deskripsi kasar bahwa kita seolah menyerah pada nasib. Ada perbedaan besar antara nasib dan takdir. Kita tidak mungkin melawan takdir, tapi kita bisa mengubah nasib kita.
Keputusasaan, kemauan yang lemah, jiwa pecundang. Syaitan menyukainya. Sebab dengan begitu mereka tidak banyak mengubah hidupnya. Merasa benar bertedeng pada kata-kata kita sudah maksimal melakukannya. Sadarkah kita maksimal adalah barometer angka atau capaian yang sudah ada tingkatan terendahnya dan tertingginya? Minimal di angka 3 dan maksimal di angka 8. Minimal tidak minta-minta, maksimal tidak menyusahkan orang.
Coba kita optimalkan kemampuan kita. Sebab optimalisasi tidak ada batasan maksimal. Dia akan terus bertambah seiring bertambahnya kemampuan.
Allah SWT tidak akan mengubah kita kecuali kita mengubahnya sendiri. Itu keniscayaan.
Allah SWT punya rencana buat kita tapi kita pun harus punya rencana buat diri kita sendiri.
sumber : islampos.com